CHICAGO – Taksi online seperti Uber dan Lyft ternyata bertanggung jawab atas terjadinya peningkatan angka kematian pada kecelakaan di Amerika Serikat.
Hal ini disampaikan dalam laporan penelitian yang dilakukan oleh University of Chicago dan Rice University. Dalam penelitian tersebut mereka membandingkan antara data kecelakaan yang menyebabkan kematian dari National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) dengan pertama kalinya Uber dan Lyft beroperasi di berbagai kota.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa angka kematian lalu lintas sempat menurun dari tahun 1985 hingga 2010. Namun jumlah kecelakaan kembali meningkat sebesar 2-3 persen sejak 2011 saat Uber dan Lyft mulai beroperasi. Peningkatan tersebut setara dengan 1.100 kematian setiap tahunnya.
Peneliti pun mengaitkan hal ini dengan lamanya pengemudi di jalan dibandingkan ketika mereka berkendara untuk keperluan pribadi. Mereka menyebut bahwa pengemudi taksi online menghabiskan 40 hingga 60 persen waktunya hanya untuk mencari penumpang.
Hasil penelitian ini pun langsung disanggah oleh Uber dan Lyft.
“Penelitian ini jelas salah mulai dari metodologi penelitian hingga kesimpulannya. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa taksi online telah menghadirkan transportasi aman di daerah-daerah yang kurang memiliki pilihan transportasi dan meningkatkan mobilitas di perkotaan. Keamanan dan pelindungan orang di jalan adalah prioritas kami, tutur Juru Bicara Lyft kepada The Drive.com.
Sementara Uber menyebut bahwa penelitian ini belum memenuhi kaidah penelitian yang seharusnya. Mereka menilai sebuah penelitian seharusnya juga dikaji oleh rekan sejawat yang merupakan standard prosedur sebuah penelitian akademis. [Adi/Ari]
Berita Utama

Chery Enggak Kaget dengan Pesatnya Pertumbuhan Penjualan Mereka di Indonesia
Berita Otomotif
Siapkan Duit! Neta Mau Jual Dua Mobil Listrik Murah Hingga 2024
Berita Otomotif
Wuling Air EV Punya Varian Baru, Harganya dengan Insentif PPN Cuma Rp188 Juta!
Mobil Baru