TOKYO - Toyota mengumumkan pemberhentian produksi sementara pabrik akibat serangan siber kepada pemasok komponen plastik serta elektronik mobil-mobil mereka. Untungnya, hal ini bukan terjadi di Indonesia.
Penyetopan perakitan, seperti dilaporkan Reuters, dilakukan terhadap 14 pabrik Toyota di Jepang. Kebijakan tersebut diberlakukan pada Selasa (1/3/2022) dan menyebabkan mereka ‘kehilangan’ 13 ribu unit kendaraan.
Beberapa pabrik Hino serta Daihatsu, yang menjadi bagian dari grup Toyota, juga termasuk dalam pemberhentian produksi sementara.
Produksi di ‘Negeri Sakura’ berkontribusi sepertiga dari produksi global jenama tersebut. Juru bicara Toyota Motor Corporation (TMC) belum bisa mengetahui apakah penutupan pabrik akan berlangsung lebih dari sehari.
Sekadar informasi, pasar Indonesia sendiri masih mengimpor utuh (Completely Built Up/CBU) mobil-mobil Toyota rakitan Jepang.
Namun, volumenya sangat minim dibandingkan model-model rakitan lokal, seperti dijelaskan Direktur Pemasaran PT. Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy dalam konferensi pers peluncuran virtual All New Toyota Voxy beberapa waktu lalu.
Kejadian ini dideskripsikan TMC sebagai ‘kegagalan sistem pada pemasok’. Rincinya, ada serangan siber terhadap penyuplai komponen-komponen mobil Toyota.
Pemerintah Jepang Investigasi Keterlibatan Rusia
Serangan siber terhadap para pemasok Toyota di ‘Negeri Matahari Terbit’ hadir setelah Jepang bergabung dengan aliansi Barat yang menentang invasi Rusia ke Ukraina.
Akan tetapi, belum ada informasi mengenai siapa di balik serangan siber terhadap rantai suplai Toyota. Termasuk apakah Rusia ikut terlibat di dalamnya.
Tetap saja, serangan siber terhadap para pemasok Toyota mengundang perhatian pemerintah Jepang. Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan pihaknya bakal menginvestigasi insiden tersebut.
Ia mengakui salah satu yang ditelusuri apakah ada peran Rusia di dalamnya.
“Sulit mengatakan apakah ini terkait dengan Rusia, sebelum mencari tahu secara detail,” kata dia.
Baru pada Minggu (27/2/2022) kemarin, Kishida memberitahukan kalau Jepang bergabung dengan Amerika Serikat serta negara-negara lain untuk mengeblok beberapa bank Rusia dari akses terhadap sistem pembayaran internasional SWIFT.
Dia juga menerangkan Jepang bersiap memberikan Ukraina 100 juta dollar AS sebagai bantuan darurat.
Serangan siber yang dilakukan oleh negara sebelum ini pernah melanda korporasi-korporasi Jepang. Salah satunya terjadi pada 2014, ketika peretas mengekspos data internal Sony Corporation serta mematikan sistem komputer mereka.
Ini terjadi setelah Sony merilis ‘The Interview’, film komedi mengenai rencana pembunuhan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Amerika Serikat mempersalahkan Korea Utara sebagai biang keladi serangan siber tersebut. [Xan/Ses]
>>>>> Klik link ini untuk melihat harga mobil baru <<<<<
Berita Utama

Mobil Keluarga Captain Seat Gak Sampai Rp 200 Juta! Review Honda Freed E PSD 2015
Video
Baru 3 Bulan Meluncur, Wuling Alvez Sudah Laku Segini
Berita Otomotif
‘Kode’ Peluncuran Toyota Yaris Cross antara Juni atau Juli 2023
Berita Otomotif