Mobil123.com
Aplikasi Mobil123.com
Prediksi Harga Kendaraan Anda
4.4
33,336

3 Tantangan Ini Mesti Diselesaikan jika Mau Lihat Banyak Bus Listrik di Indonesia

Berita Otomotif

3 Tantangan Ini Mesti Diselesaikan jika Mau Lihat Banyak Bus Listrik di Indonesia

JAKARTA – Ada beberapa tantangan besar yang mesti diselesaikan bersama oleh para pemangku kepentingan, kalau mau melihat banyak bus listrik hilir-mudik di Indonesia.

Topik terkait kendaraan listrik dari berbagai segmen makin ramai dibicarakan, seiring dimulainya era elektrifikasi moda transportasi di Tanah Air lewat pemberian tarif spesial Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) hingga 0 persen mulai 16 Oktober 2021.

Pemerintah juga mewajibkan perakitan lokal bagi model yang mendapat insentif, dengan menyiapkan berbagai stimulus tambahan untuk pabrikannya.

Bicara bus listrik, President Director PT. Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI) Jung-Woo Park menyebut tiga ‘pekerjaan rumah’ agar kendaraan jenis ini dapat banyak 'beredar' di jalanan. Pertama terkait standardisasi regulasi.

“Setiap negara punya regulasi berbeda. Ini tantangan pertama yang kita atasi,” ucap dia dalam diskusi virtual dengan Forum Wartawan Otomotif Indonesia (Forwot) pada Rabu (15/12/2021) kemarin.

bus listrik Mercedes-Benz eCitaro

Tantangan kedua ialah infrastruktur pengecasan. Untuk bus listrik, isunya bukan hanya pada jumlah, tapi juga besarnya daya yang harus disiapkan dan disediakan di setiap depo dengan stabil.

“Misalnya saja kita ingin mengecas satu bus di malam hari, karena bus itu butuh diisi dayanya. Konsumsi listrik untuknya bisa 40-50 kali daya listrik untuk rumah tangga. Itu sebuah tegangan yang besar,” pungkas dia.

“Katakan saja, contohnya, TransJakarta punya 1.000 bus listrik di depo. Maka, bisa dibayangkan konsumsi listriknya 50 ribu kali daya listrik rumah tangga dalam semalam,” lanjut Park.

bus listrik Mercedes-Benz eCitaro

Tantangan ketiga menyangkut standardisasi infrastruktur information technology (IT/teknologi informasi) untuk bus perkotaan. Kata Park, para operatornya mesti punya sistem IT yang dapat memantau secara real time (waktu sesungguhnya) mengenai jarak tempuh tersisa tiap unit bus listrik maupun kinerja stasiun pengecasan di depo-depo.

“Tentu, kami sebagai perusahaan punya solusi IT tersebut, bersama dengan unit bus listriknya. Tapi, kalau bicara operator bus perkotaan seperti TransJakarta, mereka tidak akan menggunakan bus listrik Mercedes-Benz saja tapi juga dari merek-merek lain. Isunya, bagaimana kita membuat solusi IT yang bisa untuk semua bus plus stasiun pengecasannya,” papar Park.

Sebagai informasi, dalam beberapa tahun terakhir TransJakarta sebenarnya sudah mendatangkan unit bus listrik merek China dalam jumlah kecil. Kendati begitu, hingga detik ini unit-unit tersebut masih dalam tahap uji coba.

Lebih lanjut, semua permasalahan di atas tidak menyurutkan niat Mercedes-Benz menghadirkan bus listrik di Indonesia.

DCVI, sebut Park, akan membuat prototipe bus listrik pada akhir semester kedua 2022 untuk diuji minimal selama enam bulan. Lalu, bus itu rencananya dijual serta diproduksi lokal pada semester kedua 2023. [Xan/Ses]



Berita Utama


Komentar

app-icon
app-icon
app-icon
Lihat Mobil Impian Anda di Aplikasi
Unduh Aplikasi Sekarang