JAKARTA – Produsen baterai mobil listrik asal China, Contemporary Amperex Technology Limited (CATL), dipastikan bakal menyiram Indonesia dengan investasi senilai lebih dari Rp 72 triliun.
Bahlil Lahadahlia selaku Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan CATL telah meneken kesepakatan investasi dengan pemerintah. Mereka siap menggelontorkan USD 5,1 miliar (Rp 72,35 triliun, USD 1 = Rp 14.187,40) untuk membangun pabrik baterai mobil listrik.
Pembangunan pabrik dimulai tahun depan. Bulan pastinya belum disebutkan.
“Pemancangan tiang perdananya dimulai pada 2021,” ucap Bahlil, seperti dikutip dari Paultan.
CATL merupakan produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia. Mereka menyuplai untuk berbagai merek mobil global seperti Toyota, Tesla, Hyundai, Volkswagen, Honda, Mercedes-Benz, plus Volvo.
Beberapa tahun lalu, CATL sudah membuat joint venture (perusahaan patungan) di Nusantara untuk memproses komponen – komponen yang diperlukan untuk membuat baterai mobil listrik. Joint venture tersebut berlokasi di Morowali, Sulawesi Tengah, dengan nilai investasi USD 700 juta (Rp 9,93 triliun).
CATL bergandengan akrab dengan berbagai perusahaan demi kepentingan di Morowali. Ada, misalnya, GEM dan Tsinghan dari China maupun Henwa dari Jepang.
Presiden Joko Widodo sendiri sudah melontarkan ambisi menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen baterai lithium terbesar di dunia untuk kendaraan listrik. Ekspor bijih nikel sudah dilarang dan pemerintah ingin membuat rantai suplai yang utuh di dalam negeri.
Bukan CATL saja pemain mayor di industri mobil listrik yang tergiur berinvestasi di Indonesia. Di antaranya ada LG Chemical dari Korea Selatan dan yang terakhir adalah Tesla.
Modal Indonesia adalah statusnya sebagai salah satu negara penghasil bijih nikel terbesar sejagad, yang menjadi material penting bagi baterai mobil listrik. Di Tanah Air, terdapat 25 persen cadangan nikel dunia.
Sejalan dengan ambisi itu, pemerintah juga memastikan adanya insentif fiskal maupun nonfiskal bagi mobil serta motor listrik. Insentif – insentif ini mulai berlaku pada Oktober mendatang.
Diharapkan, 20 persen dari produksi lokal kendaraan dikontribusikan oleh yang bertenaga listrik, baik itu hybrid, plug-in hybrid (PHEV), hingga listrik murni. Persentase tersebut diperkirakan sama dengan 400 ribu unit mobil listrik dan 2 juta unit motor listrik. [Xan/Ari]
Berita Utama

Bikin Innova Berasa Ketinggalan Zaman, Ini Mobil Keluarga Paling Canggih!
Video
New BMW 530i Touring M Sport Meluncur, Ini Spesifikasi dan Harganya
Mobil Baru
7 Langkah Mendaftar di Situs MyPertamina agar Bisa Beli Pertalite
Berita Otomotif