Penggunaan Ponsel Saat Berkendara Makin Massif

LONDON - Makin canggihnya teknologi ternyata tidak membuat orang semakin bertanggungjawab. Buktinya, penggunaan ponsel saat berkendara terhitung meningkat.

Di Inggris jumlah pengendara yang menggunakan telepon di belakang kemudi naik 14 persen dibanding tahun 2009. Sebagian besar pengendara menggunakan ponsel mereka untuk SMS atau mengecek media sosial mereka.

Ini cukup mengkhawatirkan mengingat upaya petugas atau pemerintah untuk mengurangi hal ini cukup massif dilakukan, termasuk dengan menambah banyak aturan.

Lebih parahnya lagi, ponsel yang digunakan kebanyakan tidak mereka gunakan untuk menelepon saat berkendara tapi untuk SMS, berselancar di internet atau mengecek media sosial mereka.

Laporan petugas di Inggris menyebutkan kalau kebanyakan pengendara yang menggunakan ponsel saat berkendara adalah para pria. Umur pengendara di bawah 30 tahun.

"Pada tahun 2013 penggunaan ponsel di belakang kemudi merupakan salah satu faktor dari 22 penyebab kecelakaan fatal dan ini kemungkinan dilaporkan dengan angka yang benar," kata Profesor Stephen Glaister, direktur RAC Foundation di Auto Express.

Padahal penggunaan ponsel saat berkendara sangat berbahaya karena membuat konsentrasi berkendara jadi rusak. Terlebih, penelitian juga menunjukkan kalau masih ada pengendara atau penumpang depan yang masih bandel untuk tidak menggunakan sabuk pengaman.

Karena itu, Glaister menyarankan agar petugas lebih tegas lagi untuk bertindak dan penyebaran petugas juga harus diperbesar. Ini agar para pengendara setidaknya memiliki rasa takut untuk memegang ponsel mereka.

Salah satu cara pemerintah Inggris untuk menghalau penggunaan ponsel saat berkendara adalah dengan menggembangkan Mobile Phone Detection System (MPDS). Dengan teknologi ini petygas dapat mengidentifikasi mobil yang tengah menggunakan ponsel mereka.

Teknologi ini tengah di tes. Bila dianggap sukses maka akan digunakan di seluruh Inggris Raya. [Syu/Idr]

Temukan mobil idaman di Mobil123. 

Mari bergabung bersama kami di Facebook dan Twitter.