Daihatsu Sigra dan Gran Max Diklaim Jadi Mobil Terlaris di Segmennya
Berita OtomotifJAKARTA – Daihatsu Sigra dan Daihatsu Sigra diklaim sebagai mobil paling laku di segmennya masing-masing pada dua bulan pertama 2024.
Daihatsu menjual total sembilan model mobil di Indonesia. Beberapa di antaranya yakni Sigra, Gran Max pikap, maupun Gran Max minibus disebut mampu menjadi nomor satu di segmennya masing-masing sementara ini.
“Pada tahun ini, sampai year to date Februari, Sigra dan Gran Max (pikap dan minibus—Red) sudah nomor satu di posisinya,” aku Marketing and Corporate Planning Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Sri Agung Handayani di sela-sela Buka Puasa Bersama Daihatsu beberapa waktu lalu di Jakarta.
Artikel terkait
Sigra bermain di segmen low cost green car berjenis multi purpose vehicle (LCGC MPV) yang berkapasitas tujuh penumpang. Gran Max sendiri menempati dua segmen yakni pikap serta minibus.
“Market share (pangsa pasar) Sigra 61 persen di segmen LCGC seven seater (tujuh penumpang). Kalau Gran Max pikap sekitar 60 persen sekian. Gran Max minibus 90 persenan,” kata Agung.
Menilik data internal Daihatsu, Sigra membukukan penjualan retail (dari diler ke konsumen) sebanyak 10.069 unit pada Januari-Februari 2024, sedangkan Gran Max pikap 7.441 unit. Keduanya menjadi kontributor penjualan utama bagi Daihatsu di pasar Indonesia.
Sayang, tidak disebutkan berapa volume penjualan bagi Gran Max minibus.
Adapun total penjualan retail Daihatsu pada dua bulan pertama 2024 mencapai 31.795 unit atau turun 18,6 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Pasar mobil nasional juga turun 15 persen yoy, dari 174.921 unit menjadi 148.649 unit.
Gran Max sendiri sempat didera kasus manipulasi data tes keamanan di Jepang. Kebetulan, unit Gran Max untuk ‘Negeri Matahari Terbit’ didatangkan secara utuh dari Indonesia.
Meski begitu, ucap Agung, isu tersebut tidak mempengaruhi produksi, distribusi, dan penjualan Gran Max di Tanah Air.
“Supaya lebih klir, untuk produksi Daihatsu yang ada di Indonesia tidak ada kaitannya dengan isu yang ada di Jepang karena ketentuan masing-masing otoritas tidak terkait satu sama lain. Jadi, masing-masing negara menentukan sendiri (standarnya). Bukan hanya Indonesia dan Jepang. Thailand berbeda, Malaysia juga berbeda,” papar dia. [Xan]