Mobil123.com
Aplikasi Mobil123.com
Prediksi Harga Kendaraan Anda
4.4
33,336

Setelah Keliling Dunia Jeffrey Polnaja Siap Pulang

Berita Otomotif

Setelah Keliling Dunia Jeffrey Polnaja Siap Pulang

DILI - Penjelajah dunia seorang diri dengan sepeda motor asal Indonesia, Jeffrey Polnaja, akhir pekan lalu, Sabtu, 25 Juli 2015, telah mencapai Timor-Leste, negara tujuan terakhir misi Ride for Peace (RFP). Sebentar lagi Jeffrey Polnaja sampai ke Indonesia setelah keliling dunia.

Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat berusia 53 tahun ini masuk ke negara tetangga tersebut setelah sukses menjalani petualangan penuh tantangan di sepanjang benua Australia dan Selandia Baru selama hampir empat bulan.

Jeffrey mengaku sangat bersyukur bisa menyelesaikan tahapan penjelajahan yang cukup berat di Australia. Dia menilai petualangan di negara Kanguru itu sebagai puncak penjelajahan RFP kedua. Berbagai lintasan panjang dengan medan ekstrim dan cuaca buruk telah dihadapi pria yang akrab disapa Kang JJ ini.

"Saya bersyukur masih diberikan kekuatan menjalani misi Ride for Peace. Benua Australia, walau pun dekat dengan Indonesia, telah memberikan nilai baru dalam hidup saya," ujar Jeffrey.

"Nilai tantangan serta pengalaman di Australia tidak saya temukan di negara-negara lain yang telah saya singgahi sejak Ride for Peace pertama dan kedua ini. Banua ini memiliki tantangan alam dan budaya tersendiri," ungkap pria yang masih ditemani Silver Line, sepeda motor BMW R 1150 GS bernomor polisi B 5010 JP.

Jeffrey menegaskan bahwa petualangan dengan kendaraan roda dua di Australia tak sekadar menuntut stamina prima. "Banyak teman menyarankan kepada saya untuk mengenali budaya-budaya setempat, khususnya dari suku-suku Aborigin, agar tidak mengalami masalah di luar pemikiran kita," tambahnya.

"Karena itu, saya berusaha untuk selalu menghormati budaya mereka, dan tak segan-segan mengajukan izin kepada pemegang kuasa adat Aborigin di sebuah wilayah sebelum memasuki kawasannya," lanjut Jeffrey.

Dalam misi RFP di Australia ini Jeffrey mengaku bekerja sama dengan  Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sydney Yayan Mulyana, Konjen KJRI Melbourne Dewi Savitri Wahab, Konsulat Republik Indonesia di Darwin Andre Omer Siregar, serta Duta Besar Republik Indonesia di Canberra Nadjib Riphat Kesoema untuk mempromosikan Indonesia secara langsung kepada publik Australia. 

Bersamanya, RFP menjelajahi berbagai pelosok terpencil di benua Kangguru dan memperkenalkan Indonesia sebagai negara penuh keragaman budaya yang bersahabat dengan seluruh bangsa di dunia.

Jeffrey sendiri masuk ke Benua Australia setelah dirinya mampu mencapai kota paling selatan di muka bumi, Ushuaia, Argentina, lalu kembali ke utara menuju Gurun Atacama Santiago, Chili pada awal tahun ini. Dari benua Amerika ini dia mengapalkan "Silver Line" menuju Sydney, Australia yang tiba pada Maret 2015.

"Saya sempat mengunjungi Selandia Baru dan menjelajah North Island sampai Auckland. Tidak lama, karena Selandia Baru tidak luas," katanya. Dari negara yang tak jauh dari Kutub Selatan itu Jeffrey kembali ke daratan Australia untuk memulai misi RFP. Tak kurang dari 20 daerah dan kota yang terhubung dengan jarak sangat jauh serta medan berat disinggahinya.

Australia Sajikan Petualangan Penuh Tantangan

Bagi Jeffrey Australia telah memberikan kesan tantangan petualangan penting. Negara satu benua ini menyimpan beragam keunikan alam dan budaya yang tidak bisa dipandang sebelah mata. 

Terlebih untuk pengendara kendaraan roda dua seperti dirinya. Tidak kurang dari 11.500 km, di mana tidak sedikit di antara lintasan itu berpemukaan tanah, dilalui dengan penuh resiko. 

Jalur penjelajahan RFP di Benua Australia yang dijalani Jeffrey nyaris tiga per empat dari rute reli klasik Mobilgas Around Australia Rally pada 1958 (sekitar 16.500km), sebuah kejuaraan balap ekstrim memutari garis pantai Benua Australia searah putaran jarum jam. 

Bedanya, Jeffrey tidak menyusuri pesisir pantai menuju Perth, Australia Barat, dan menjelajahi garis pantai di sepanjang Darwin, Teritorial Utara hingga Birsbane di wilayah Queensland. 

Tapi Jeffrey justru mengambil lintasan beresiko besar ke Alice Spring di Australia Utara dari Adelaide, Australia Selatan hingga menembus Leonora, Australia Barat yang tidak menjadi tahapan Australia Rally.

"Bagian tengah dari benua Australia saya anggap sebagai kawasan penting yang perlu dikunjungi Ride for Peace. Alice Spring boleh disebut sebagai titik tengah benua Australia."

"Di sepanjang perjalanan dari Adelaide ke Alice Spring hingga Leonora saya sempat melalui wilayah-wilayah tidak berpenghuni, atau yang hanya ditempati suku-suku Aborigin. Ini tantangan tersendiri," ungkap pria yang sejak remaja terbiasa menunggang kuda ini.

Salah satu jalur menantang yang dilalui Jeffrey adalah Great Central Road, sebuah ruas terkenal menantang di Australia di mana jalan masih berpemukaan  tanah sepanjang hampir 1.200 km. Untuk melalap lintasan sepanjang itu Jeffrey mengaku menghabiskan waktu tiga hari, sebuah perjalanan yang termasuk singkat karena dilalui sorang diri dengan sepeda motor.

Seperti diketahui, jalur Great Central Road yang pertama kali dibuka pada 1930 tidak memiliki banyak tempat pemberhentian. Jeffrey bahkan hanya menemukan tiga titik penghentian untuk pengisian bahan bakar. Ironinya, di tempat tersebut tidak tersedia penginapan. Alhasil selama tiga malam dirinya harus bermalam dengan tenda di alam terbuka. 

"Saya diingatkan bahwa tidak ada pihak di Australia yang bisa bertanggung jawab terhadap keselamatan saya di sepanjang jalur Great Central Road. Sedikit pun saya tidak menganggap remeh. Saya juga perlu surat izin perjalanan dari pemuka adat Aborigin sebelum memasuki daerah-daerah tertentu untuk keselamatan," ujar Jeffrey.

Jeffrey menambahkan rintangan terbesar dalam penjelajahan di alam Australia adalah lintasan ekstrim, hewan liar, dan cuaca yang tidak terduga. Di beberapa titik lintasan tanah yang dilalui bahkan bisa menenggelamkan roda-roda sepeda motor. 

Sementara hewan liar juga bisa menyeruduk sewaktu-waktu. Bahkan Jeffrey sempat mengalami terpaan hujan butiran es yang sangat menyakitkan ketika menghantam tubuhnya.

"Saat siang suhu udara bisa antara 28 sampai 30 derajat selsius, tapi malam tiba-tiba jatuh hingga minus 4 sampai 6 derajat selsius," tarang pengelana yang sempat mengunjungi makam pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia di Cowra, New South Wales ini. 

Sebagai catatan, sepanjang penjelajahan di Australia Jeffrey mengambil rute dari Sydney, Cowra, Canberra, Wollongong, Snowy Mountain, dan melumat lintasan berpasir menuju Bairndale hingga Melbourne. Dari situ, dia melajutkan perjalanan ke Adelaide melalui Great Ocean Highway, sebuah jalan berliku dan curam dengan pemandangan indah.

Setelah menghabiskan beberapa waktu di Adelaide, Jeffrey meneruskan misi RFP menuju Port Augusta, Alice Spring (Stuart Highway/Explorer Highway), lalu menjajak ke Uluru (Ayers Rock), hingga tiba di Leonora setelah tiga malam perjalanan di sepanjang Great Central Road.

Dari Leonora, Jeffrey ditemani Silver Line yang sangat bersahabat dengannya naik ke atas menuju Port Headland di utara bagian Barat Australia. Dengan stamina yang masih bugar dan pengalaman mental yang kuat dirinya menyusuri pantai barat Australia hingga Darwin, melalui Broome, Pine Creek, serta menyempatkan diri turun ke selatan ke daerah Devils Marbel. 



Berita Utama


Komentar

app-icon
app-icon
app-icon
Lihat Mobil Impian Anda di Aplikasi
Unduh Aplikasi Sekarang