Mobil123.com
Aplikasi Mobil123.com
Prediksi Harga Kendaraan Anda
4.4
33,336

Sejarah Kei Car, Mobil Mungil Asal Jepang

Berita Otomotif

Sejarah Kei Car, Mobil Mungil Asal Jepang

Kei car merupakan mobil kecil dan mungil yang sangat populer di Jepang. Umumnya, kei car menggendong mesin berkapasitas kecil, tidak sampai 1.000 cc.   

Mobil jenis ini banyak diminati kalangan keluarga muda maupun kaum muda di Jepang. Pada 2018 saja, tujuh dari sepuluh mobil terlaris di Jepang merupakan kei car, termasuk empat teratasnya yaitu Honda N-Box, Suzuki Spacia, Nissan Dayz, dan Daihatsu Tanto.

Faktor yang membuat kei car laku karena harganya yang terjangkau dan kemudahan dalam berkendara.

Terlepas dari tingginya antusias masyarakat Jepang terhadap kei car, tahukah Anda sejarah kei car? Mari simak penjelasan singkatnya berikut ini.

Sejarah Kei Car

Era 360 cc (1949 – 1975)

Kei car pertama kali muncul pasca akhir Perang Dunia II. Kehadirannya sebagai jawaban untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jepang yang kala itu tidak mampu untuk membeli mobil berukuran normal, meskipun masih dapat membeli motor.

Awalnya kapasitas mesin kei car dibatasi hanya 150 cc (100 cc untuk mesin 2-tak). Seiring berjalannya waktu, dimensi dan kapasitas mesin bertambah untuk menarik minat pabrikan agar memproduksi kei car.

Pada 1955, diberlakukan regulasi pembatasan kapasitas mesin menjadi 360 cc. Aturan baru tersebut direspons positif oleh pabrikan mobil dengan mulai produksi massal kei car. Tercatat ada model kei car yang lahir, Suzuki Suzulight dan Subaru 360.

Jelang tahun 70-an, ada peraturan baru terkait batas kecepatan kendaraan di perkotaan dari sebelumnya 40 km/jam menjadi 60 km/jam. Aturan baru tersebut memaksa pabrikan menyematkan teknologi teranyar. Honda membenamkan transmisi otomatis di produk kei car-nya, N360 pada 1968. Kemudian di model Honda Z GS disematkan rem cakram depan pada 1970 dan Daihatsu Fellow Max SS memiliki mesin yang menghasilkan tenaga maksimum 39 hp.

Penjualan kei car terus tumbuh hingga mencapai puncaknya pada 1970 dengan total mobil yang terjual sekitar 750 ribu unit.

Namun di saat bersamaan, pemerintah Jepang kerap mengeluarkan beberapa peraturan yang berimbas pada penurunan penjualan kei car. Salah satunya mengenai kebijakan standar emisi gas buang yang dibuat semakin ketat. Hal ini tentunya tidak menguntungkan bagi kei car bermesin 2-tak.

Akibatnya pada pertengahan 1970-an, Honda dan Mazda menarik produk kei car mereka dari pasaran, walau masih menjualnya untuk keperluan komersial.

Era 550 cc (1976 – 1990)

Penjualan kei car semakin lesu, angka penjualannya pada 1975 hanya 150 ribu unit saja atau 80% lebih kecil dari penjualan lima tahun sebelumnya.

Seperti yang disebutkan tadi, regulasi emisi yang lebih ketat membuat pabrikan seperti Daihatsu dan Suzuki yang mengandalkan mesin 2-tak pada produkya sangat terpukul

Dalam rangka mengikuti kebijakan pemerintah, beberapa pabrikan mulai beralih menggunakan mesin kapasitas lebih besar (443 cc – 490 cc). Lagkah ini juga dijadikan sebagai bahan studi oleh pabrikan roda empat untuk mengetahui apakah masih ada minat pasar terhadap kei car atau tidak.

Memasuki 1975, dikeluarkan peraturan baru berupa pembatasan kapasitas mesin kei car menjadi 550 cc, lebih besar dari pada yang 490 cc yang sudah dibuat. Jadi dalam waktu yang pendek beberapa produsen mobil mengembangkan mesin baru untuk produk kei car mereka.

Penjualan kei car saat itu masih stagnan. Meski mencapai 700 ribu unit sejak 1974, mobil mungil ini masih tetap kalah dari mobil lainnya.

Tetapi, dengan adanya peningkatan kapasitas mesin dan dimensi, ekspor menjadi bertambah, terutama untuk model kei car komersial seperti truk mikro.

Pada 1980-an, tampilan kei car menjadi semakin modern dan canggih dengan adanya fitur four-wheel drive (FWD), turbocharge, dan AC. Perkembangan ini seiring dengan kemampuan daya beli masyarakat Jepang yang meningkat.

Pada periode ini model kei car yang muncul di antaranya Suzuki Alto, Subaru Family Rex, dan Daihatsu Mira.

Di tahun yang sama, batas kecepatan kei car bertambah menjadi 80 km/jam, ditambah dengan kewajiban produsen memberikan bunyi peringatan kepada pengemudi ketika kecepatan melewati batas.

Era 660 cc (1990 – Sekarang)

Pada Maret 1990, regulasi kei car kembali direvisi. Kali ini, batas kapasitas mesin kembali ditambah menjadi 660 cc, dengan dimensi panjang mobil ditambah 100 mm.

Lima bulan kemudian, pabrikan mulai beralih dari mesin 550 cc ke 660 cc.

Untuk pertama kalinya juga diberlakukan pembatasan tenaga mesin menjadi 63 hp. Pembatasan tenaga ini merupakan kesepakatan dari para produsen kei car saat itu untuk menghindari adu kuat tenaga mesin.

Selain itu, pembatasan tenaga ini juga sebagai respons dari perkembangan teknologi yang dapat menambah semburan tenaga mesin seperti turbocharge.

Penambahan tenaga membuat kendaraan lebih cepat, tapi bertolak belakang dengan identitas kei car yang merupakan mobil ekonomis.

Memasuki 2000-an, kei car mulai merajai pasar mobil Jepang. Bahkan sempat ada produk kei car asal luar negeri yaitu Smart Fortwo atau Smart K yang dijual di sana pada 2001 hingga 2004. Sayangnya, produk tersebut tidak sukses di Jepang.

Sebaliknya, Suzuki Wagon R menjadi kei car terlaris di Jepang dari 2003 hingga 2008.

Pada 2011 Toyota mulai masuk dan bermain di pasar kei car lewat Toyota Pixis Space. 

Produk kei car yang dipasarkan saat itu semakin bertambah, ada Daihatsu Move Conte, Mitsubishi eK, Nissan Dayz, Nissan Otti, Honda N-one, N-Box, dan N-WGN.

Kei Car Masuk Indonesia

Mobil mungil ini populer di Jepang karena harganya yang ekonomis. Tapi, berbanding terbaik dengan pasar Indonesia, di mana kei car kurang mendapat sambutan positif dari konsumen.

Salah satu alasannya karena konsumen di Indonesia lebih menginginkan mobil berukuran besar yang mampu mengangkut banyak penumpang dan barang seperti MPV dan SUV. Sementara untuk ukuran yang lebih kecil sudah ada mobil jenis hatchback dan LCGC.

Ditambah lagi, masyarakat Indonesia juga lebih suka dengan mobil yang memiliki performa sangar dan bisa dibawa berkendara melintasi berbagai kondisi jalan dan jarak yang jauh.

Melihat tren tersebut, bisa dibilang karakteristik kei car tidak sesuai selera pasar di Indonesia. Anggapan ini bukan tanpa bukti. Faktanya, kei car sempat mendarat di Indonesia.

Pada 2015 Daihatsu, pernah memasarkan kei car bernama Copen. Mobil ini dijual terbatas hanya di diler-diler tertentu saja, total ada 7 diler yang dipilh untuk boleh memasarkan Copen. 

Daihatsu Copen didatangkan dalam bentuk utuh atau completely built up (CBU) dari Jepang. Di awal peluncuran harganya Rp416,5 juta untuk transimisi manual, sedangkan Copen bertransmisi otomatis CVT berbanderol Rp431,55 juta.

Jadi, wajar saja jika mobil ini kurang diminati masyarakat karena harganya yang sangat tinggi, ditambah lagi hanya mampu menampung dua orang saja di kabin.

Sebenarnya ada beberapa model kei car yang dijual di Indonesia, tapi dipasarkan oleh importir umum bukan lewat Agen Pemegang Merek (APM) resmi

Kita tunggu saja ke depannya apakah ada pabrikan yang mau memasarkan kei car di Indonesia. [ABP/Ses]

>>>>> Klik link ini untuk melihat harga mobil baru <<<<<



Berita Utama


Komentar

app-icon
app-icon
app-icon
Lihat Mobil Impian Anda di Aplikasi
Unduh Aplikasi Sekarang