WASHINGTON - Mobil listrik akan sangat berbahaya bila terbakar khususnya material dari baterai lithium-ion dan sampai saat ini belum ada panduan atau metode tepat untuk menanganinya.
The National Transportation Safety Board (NTSB), Dewan Keselamatan Transportasai Nasional Amerika Serikat kembali mempermasalahkan bagaimana penanganan kebakaran pada mobil listrik. Setelah sebelumnya seperti yang diberitakan Mobil123.com, menyatakan bahwa U.S Fire Administration (USFA) atau pemadam kebakaran Amerika Serikat tidak siap menghadapi kasus mobil listrik terbakar, kini mereka menuntut pabrikan pembuat menyusun panduan penanganannya.
Informasi pada panduan ini nantinya sangat penting bagi para petugas dilokasi kejadian terutama untuk perlindungan diri mereka. Jadi nantinya akan lebih aman jika harus mengevakuasi korban. Apalagi populasi mobil listrik makin banyak, tentu dibutuhkan banyak petugas yang mampu mengatasi masalah ini.
Untuk diketahui, proses terbakarnya kantong sel baterai litihium-ion tentu berbeda dengan tangki BBM. Menurut USFA jika terbakar, panas yang ada pada mobil listrik bisa mencapai di atas 2.760 derajat celcius.
Jika disiram dengan menggunakan air atau busa dapat menyebatkan tekanan hebat karena molekul air terpisah menjadi gas hidrogen dan oksigen yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan ledakkan.
"Ada juga risiko sengatan listrik dan asap beracun dalam kebakaran kendaraan listrik, hal ini tidak ditemui pada kebakaran kendaraan bensin, setidaknya ada penanganan yang berbeda. Jadi melatih penanganan pertama untuk memadamkan api kendaraan listrik yang terbakar secara aman adalah penting. Hal ini tentunya seiring dengan meningkatnya populasi kendaraan listrik," kata pihak NTSB.
NTSB ingin pada pedoman tersebut pabrikan akan memasukkan hal-hal detail hingga bagaimana cara menyimpan baterai dengan aman setelah rusak. Pabrikan mobil juga dituntut untuk melakukan penelitian tentang bahaya baterai mobil listrik.
Para ahli di NTSB sendiri telah melakukan 4 investigasi terhadap terbakarnya mobil listrik buatan Tesla. 3 kasus diantaranya terbakarnya karena kecelakaan dalam kecepatan tinggi sementara 1 karena kerusakan baterai.
Yang menarik, pada 3 kasus kebakaran tersebut, api kembali menyala setelah petugas berhasil memadamkannya. Belum diketahui secara pasti kenapa api bisa kembali menyala, kemungkinan masih ada zat berbahaya yang belum habis terbakar atau menguap.
Bukan hanya Tesla, baru-baru ini disebutkan bahwa Chevrolet Bolt EV terbakar karena dugaan masalah baterai. Dan lagi-lagi masih ditemukan energi baterai yang tersisa setelah dipadamkan.
Belum lagi bahaya bahan kimia yang melayang di udara dan kejutan tegangan tinggi saat terjadi kecelakaan. Hal ini harus menjadi perhatian serius demi menyelamatkan korban termasuk petugas penyelamat.
"Pabrikan perlu menentukan metode bagi petugas pemadam kebakaran untuk mengatasi sisa energi baterai tersebut. Termasuk mengatasi kebakaran kembali terjadi setelah dipadamkan dan risiko sengatan listrik," kata pihak NTSB.
Saat ini NTSB sendiri percaya bahwa salah satu metode untuk menangani baterai yang rusak adalah segera melepaskan dari kendaraan. Dan kemudian merendamnya ke dalam air asin untuk membuang sisa energinya.
Terakhir, NTSB juga meminta the National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) membuat daftar pedoman menentukan peringkat keselamatan pada New Car Assessment Program (NCAP) untuk mobil listrik. [Ari]
Berita Utama

MURAH BANGET TAPI LUAS, Mending Ini Dibanding LCGC! Review Suzuki Splash M/T 2015
Video
MG Siap Meramaikan Pasar Mobil Listrik Indonesia Tahun Ini!
Berita Otomotif
Aturan Subsidi Motor Listrik Keluar Februari 2023, Bareng Subsidi Mobil Listrik?
Berita Otomotif